Jumat, 18 Maret 2011

FOOD AND WATER BORNE DISEASE


TYPHUS ( DEMAM TIFOID )

  1. DEFINISI
Penyakit yang ditularkan lewat air mikroorganisme penyebab penyakit dapat ditemukan di udara, darat, dan air. Air yang tercemar oleh mikroorganisme berbahaya dapat menjadi sumber beragam penyakit, apabila mikroorganisme tersebut langsung menginfeksi tubuh kita.
Di dunia kedokteran, penyakit typhus dikenal juga dengan nama typhus abdominalis. Typhus abdominalis merupakan penyakit peradangan pada usus yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Typhus merupakan salah satu bentuk salmonellosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh infeksi Salmonella.
Typhus Abdominalis atau yang lebih dikenal dengan demam tifoid atau tifes dalam bahasa kita adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan orang tua, laki-laki maupun wanita. Penyakit ini diakibatkan oleh kurang memelihara kebersihan lingkungan dan mengonsumsi makanan yang tidak higienis.
Siklusnya cukup panjang sehingga dalam 1-2 hari banyak yang belum merasakannya. Setelah dites baru terbukti terjadi peradangan saluran cerna.
  1. EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang yang higiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisis lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka insidensi di Amerika Serikat tahun 1990 adalah 300-500 kasus per tahun dan terus menurun. Prevalensi di Amerika Latin sekitar 150/100.000 penduduk setiap tahunnya, sedangkan prevalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per tahun. Meskipun demam tifoid menyerang semua umur, namun golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun.
Epidemiologi penyakit Demam Typus pada manusia dipengaruhi :
  • Berkembang karena iklim yang dingin
Terjadinya penyakit yang merupakan penyakit menular ini tidak memandang musim, baik musim kemarau maupun penghujan.
  • Populasi manusia yang padat
Penyakit demam tifoid ini mendunia, artinya terdapat di seluruh dunia. Tetapi lebih banyak di negara sedang berekembang di daerash tropis, seperti Indonesia . Penyakit tifus merupakan endemik di Indonesia . Penyakit ini termasuk penyakit menular, yang mudah menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.
  • Sanitasi yang buruk
Sumber penyebab hepatitis, lebih banyak disebabkan kuman yang menempel di bekas cucian gelas, sendok, piring dan sebagainya dengan kondisi air cucian yang tak diganti, tangan yang kotor. Bakteri ini umumnya terdapat dalam makanan yang sudah basi, daging mentah, maupun kotoran. Penularan penyakit ini melalui makanan yang tercemar. Hati-hati bagi yang sering dimasakin oleh tukang warung makan. Kadang kebersihan makanan kurang terjamin.
  1. ETIOLOGI
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri Gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagea, dan tidak membentuk spora. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu :
Antigen O (somatik)
Antigen H (flagela), dan
Antigen K (selaput)
Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57°C selama beberapa menit.
Manifestasi klinis demam tifoid tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh. Suatu percobaan pada manusia dewasa menunjukkan bahwa 107 mikroba dapat menyebabkan 50% sukarelawan menderita sakit, meskipun 1000 mikroba juga dapat menyebabkan penyakit. Masa inkubasinya adalah 10-20 hari.
  1. GEJALA
Pada umumnya, mereka yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami keluhan dan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sembelit (sulit buang air besar). Suhu tubuh meningkat terutama pada sore dan malam hari. Ciri-ciri umum orang terkena typus adalah awalnya pusing seperti mau flu, demam disertai nyeri, mual dan lemas, panas, perut terasa mual dan sebah (penuh), badan terasa tidak enak dan lekas capek. Warna air kencingnya kecoklatan seperti teh dan matanya pun menjadi kuning.
Sedikit tentang typus  Kenali gejala tipus (thypus abdominal atau typhoid fever) yang tergolong berat dan berbahaya. Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tipus kasus infeksi perut yang banyak di sini. Diawali demam lebih dari seminggu. Mulanya seperti orang mau flu. Bedanya, demam tipus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai gejala batuk pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat. Perut terasa tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari.
Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.
Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong. Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah.
Penyakit tipus mudah disembuhkan. Jika tak mempan obat konvensional golongan chloramphenicol, kini sudah ada beberapa generasi obat baru. Jika kondisi pasien tidak berat, dan penyakitnya masih awal, yaitu sudah didiagnosis sebelum demam lebih dari 3 minggu, umumnya masih bisa dirawat di rumah. Namun mesti diawasi jika mendadak suhuturun, nadi meninggi, dan perut mulas melilit. Makanan tak selalu harus lunak, asal jangan jenis yang merangsang. Waspadai jika buang air ada darahnya, tanda awal usus jebol, dan demamnya muncul lagi, dan kondisi pasien cepat menurun setelah sebelumnya tampak menyembuh. Tipus bisa kambuh. Tandanya, demam yang sama muncul lagi setelah mereda. Kemungkinan kuman tipusnya tersasar ke kandung empedu. Tipus begini biasanya lebih sukar disembuhkan. Sebagian dari kasus tipus menjadi pembawa kuman tipus.
Gejala klinis pada anak-anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Namun bisa juga hanya 4 hari, jika terinfeksinya melalui kuman yang ada di makanan. Selama masa inkubasi akan ditemukan gejala-gejala yang mungkin mirip dengan penyakit lain, seperti tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Gejala klinis yang ditemukan setelah masa inkubasi lewat adalah demam tinggi, biasanya malam lebih tinggi daripada siang, dan ini terjadi terus menerus, bisa sampai tiga mingguan. Selain panas tinggi, juga tercium bau mulut yang tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Juga ditemukan lidah ditutupi selaput putih kotor. Sering ditemukan perut kembung, dan konstipasi alias tidak buang air besar selama beberapa hari. Biasanya juga disertai gangguan kesadaran, bahkan penderita dapat kehilangan kesadaran bila penyakit ini tidak tertangani dengan baik.
Penyakit tifus yang tidak tertangani dengan baik, atau diketahui dalam keadaan sudah parah dapat menimbulkan komplikasi atau akibat yang cukup berbahaya, baik di usus maupun di organ selain usus. Misalnya terjadi perdarahan usus, atau bahkan usus bisa berlubang. Sementara pada organ di luar usus dapat menimbulkan komplikasi pada sistem peredaran darah, gangguan paru, ginjal, hepar, dan jga sistem kesadaran.
  1. PENULARAN
Penularan penyakit adalah melalui air dan makanan. Kuman salmonela dapat bertahan lama dalam makanan. Penggunaan ait minum secara masal yang tercemar bakteri sering menyebabkan terjadinya KLB. Vektor berupa serangga juga berperan dalam penularan penyakit.
Penyakit tifus menular melalui air dan makanan yang tercemar oleh air seni dan tinja penderita penyakit ini. Penyakit tifus dapat juga ditularkan oleh kotoran yang dibawa oleh lalat dan kecoa dan menempel di tempat-tempat yang dihinggapinya. Penularan kuman terjadi melalui mulut, masuk ke dalam lambung, menuju kelenjar limfoid usus kecil, kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularannya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
  1. CARA PENANGGULANGAN DAN KONTROL
Pencegahan penyakit tifus dapat dilakukan dengan membiasakan melindungi makanan dari hewan pembawa penyakit, seperti lalat, kecoa dan tikus; mencuci tangan dengan sabun setelah buang air dan sebelum makan; serta menghindari membeli jajanan di tempat-tempat yang kurang bersih.
Perawatan dan pengobatan
            Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (supaya tidak menularkan pada yang lain), observasi dan pengobatan. Penderita harus tetirah alias baring tiotal minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Selama perawatan, penderita juga diberi obat-obatan untuk mengurangi gejala-gejala yang dialami penderita, seperti panas, sakit kepala, mual dan sebagainya. Selain itu juga mendapat obat yang akan membasmi kuman penyebab penyakit alias antibiotika. Juga diperlukan oleh penderita adalah pengaturan makanan. Untuk sementara, makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, termasuk juga temennya daun singkong, yaitu sambel terasi yang pedes. Jadi harus dijaga benar untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan. Kesembuhan penderita penyakit ini dipengaruhi berbagai hal, di antaranya adalah umur, keadaan umum, tingkat kekebalan penderita, jumlah dan daya infeksi kuman yang masuk tubuh, serta cepat dan tepatnya pengobatan.
Masalah penderita carrier
            Setiap orang yang terinfeksi kuman salmonella, akan mengekskresikan kuman tersebut bersama dengan feses dan air seni selama beberapa waktu tertentu atau sekitar tiga bulan. Jika hal ini terjadi terus menerus setelah lebih tiga bulan maka yang bersangkutan dikatakan sebagai carrier. Orang yang menjadi carrier ini merupakan sumber penularan penyakit tifus kepada orang lain. Kuman tifus bisa tetap ada pada carrier tadi hingga lebih dari 1 tahun. Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Makanya, carrier kuman tifus tidak diperbolehkan untuk bekerja di industri makanan.
Pencegahan
            Usaha pencegahan penyakit tifus ini dibagi dalam dua upaya, yaitu terhadap lingkungan hidup dan manusianya sendiri. Penyediaan sarana air minum yang memenuhi syarat, pembuatan jamban yang hygienis, pemberantasan lalat dan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan adalah beberapa hal yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
            Sedangkan terhadap manusia dilakukan upaya imunisasi untuk memberikan kekebalan tubuh yang kuat. Menemukan dan mengawasi para carrier tifoid dan yang utama adalah pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Bila masyarakat memahami bahaya penyakit ini, maka masyarakat akan berusaha untuk menjaga dirinya dan lingkungannya agar selalau bersih dan sehat. Jika demikian halnya, kuman thyfus tidak akan menyerang. Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.

Referensi
Chin, James, 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular . Terjemahan : Dr. I Nyoman Kandun, MPH, Edisi 17, WHO.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta

E2A009035
REG-1 2009