Minggu, 20 Maret 2011

AIR BORNE DISEASE


CAMPAK

A.    DEFINISI
Campak adalah suatu penyakit infeksi virus akut yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis dan ruam kulit… “
(Behrman dkk, 2000).
“….Campak merupakan penyakit serius yang mudah ditularkan melalui udara…”
(NSW Health, 2008)
Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun (Balita) akan tatapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini.
Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang terhirup
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadium konvalesensi. Campak adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium:
1. Stadium kataral
Di tandai dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.
2. Stadium erupsi
Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.
3. Stadium konvalesensi
Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi hiperpigmentasi.
B.     EPIDEMIOLOGI
Langkah-langkah dalam penyelidikan epidemiologi penyakit campak, yaitu:
1. Mencari informasi terkait penyakit campak meliputi:
a. Definisi campak adalah merupakan penyakit yang disebabkan virus campak atau morbili
b. Gejala penyakit
Gejala awal antara lain : lelah, batuk, hidung beringus, mata merah dan sakit. Timbul kemerah-merahan di muka
Penyakit campak dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi telinga, diare dsb.
c. Cara penularannya
Dapat ditularkan dengan menghirup virus campak yang berasal dari udara yang dibersinkan orang yang menderita campak.
d. Jika dalam desa tersebut ada yang menderita dengan gejala mirip dengan penyakit campak maka perlu dipastiakn dulu dengan masuk ke langkah tindak lanjut.
2. Tindak lanjut
a. Mendiagnosa penyakit untuk memastikan apakah itu benar penyakit campak dengan melihat gejala klinisnya dan dilakukan uji darah atau air ludah.
b. Jika dalam suatu desa ada yang menderita penyakit campak maka penderita harus di isolasi, jika belum terjadi komplikasi yang parah penderita disarankan untuk tetap berada di rumah dan menghindari kontak dengan orang lain dengan menggunakan masker karena penularan virus campak dapat dilakukan melalui udara yang terkontaminasi virus campak dari bersin atau air ludah penderita.
c. Jika hanya terdapat beberapa orang yang menderita campak belum masuk dalam KLB (kejadian Luar biasa) maka penderita cukup di isolasi dan diberi pengobatan.
d. Namun jika sudah masuk dalam KLB maka semua penduduk dilakukan pengobatan dan rehabilitasi yang merata serta diadakan penyuluhan sebagai preventif agar kejadian tersebut tidak terulang kembali
C.    ETIOLOGI
Penyebab penyakit campak adalah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbillivirus.
·         Host                : Balita/ Manusia
·         Agent              : Morbilli virus paramyxoviridae
·         Enviroment     : Penyakit akan meledak jika terdapat akumulasi anak-anak yang suseptibel.
·         Dalam hal ini campak memiliki reservoir, yaitu : manusia.
D.    CARA PENULARAN
Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease).
Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
E.     PENANGGULANGAN DAN KONTROL
Tahap Pencegahan
Campak dapat dicegah melalui program imunisasi.
Pada umumnya anak-anak berusia 9-11 bulan .
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Tahap Pemberantasan
Tahap Reduksi
Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap
1) Tahap pengendalian campak. 
2) Tahap pencegahan KLB.
Tahap Eliminasi
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptable) harus diselidiki dan mendapat Imunisasi tambahan (Saroso, 2010).
Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. Pada TCG Meeting, Dakka, 1999, menetapkan Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan terjadinya KLB. Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi.

Referensi
Chin, James, 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular . Terjemahan : Dr. I Nyoman Kandun, MPH, Edisi 17, WHO.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta

WIWIN ANDRIYANI
E2A009035
REG-1 2009
FKM UNDIP

Jumat, 18 Maret 2011

FOOD AND WATER BORNE DISEASE


TYPHUS ( DEMAM TIFOID )

  1. DEFINISI
Penyakit yang ditularkan lewat air mikroorganisme penyebab penyakit dapat ditemukan di udara, darat, dan air. Air yang tercemar oleh mikroorganisme berbahaya dapat menjadi sumber beragam penyakit, apabila mikroorganisme tersebut langsung menginfeksi tubuh kita.
Di dunia kedokteran, penyakit typhus dikenal juga dengan nama typhus abdominalis. Typhus abdominalis merupakan penyakit peradangan pada usus yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Typhus merupakan salah satu bentuk salmonellosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh infeksi Salmonella.
Typhus Abdominalis atau yang lebih dikenal dengan demam tifoid atau tifes dalam bahasa kita adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan orang tua, laki-laki maupun wanita. Penyakit ini diakibatkan oleh kurang memelihara kebersihan lingkungan dan mengonsumsi makanan yang tidak higienis.
Siklusnya cukup panjang sehingga dalam 1-2 hari banyak yang belum merasakannya. Setelah dites baru terbukti terjadi peradangan saluran cerna.
  1. EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang yang higiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisis lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka insidensi di Amerika Serikat tahun 1990 adalah 300-500 kasus per tahun dan terus menurun. Prevalensi di Amerika Latin sekitar 150/100.000 penduduk setiap tahunnya, sedangkan prevalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per tahun. Meskipun demam tifoid menyerang semua umur, namun golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun.
Epidemiologi penyakit Demam Typus pada manusia dipengaruhi :
  • Berkembang karena iklim yang dingin
Terjadinya penyakit yang merupakan penyakit menular ini tidak memandang musim, baik musim kemarau maupun penghujan.
  • Populasi manusia yang padat
Penyakit demam tifoid ini mendunia, artinya terdapat di seluruh dunia. Tetapi lebih banyak di negara sedang berekembang di daerash tropis, seperti Indonesia . Penyakit tifus merupakan endemik di Indonesia . Penyakit ini termasuk penyakit menular, yang mudah menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.
  • Sanitasi yang buruk
Sumber penyebab hepatitis, lebih banyak disebabkan kuman yang menempel di bekas cucian gelas, sendok, piring dan sebagainya dengan kondisi air cucian yang tak diganti, tangan yang kotor. Bakteri ini umumnya terdapat dalam makanan yang sudah basi, daging mentah, maupun kotoran. Penularan penyakit ini melalui makanan yang tercemar. Hati-hati bagi yang sering dimasakin oleh tukang warung makan. Kadang kebersihan makanan kurang terjamin.
  1. ETIOLOGI
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri Gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagea, dan tidak membentuk spora. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu :
Antigen O (somatik)
Antigen H (flagela), dan
Antigen K (selaput)
Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57°C selama beberapa menit.
Manifestasi klinis demam tifoid tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh. Suatu percobaan pada manusia dewasa menunjukkan bahwa 107 mikroba dapat menyebabkan 50% sukarelawan menderita sakit, meskipun 1000 mikroba juga dapat menyebabkan penyakit. Masa inkubasinya adalah 10-20 hari.
  1. GEJALA
Pada umumnya, mereka yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami keluhan dan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sembelit (sulit buang air besar). Suhu tubuh meningkat terutama pada sore dan malam hari. Ciri-ciri umum orang terkena typus adalah awalnya pusing seperti mau flu, demam disertai nyeri, mual dan lemas, panas, perut terasa mual dan sebah (penuh), badan terasa tidak enak dan lekas capek. Warna air kencingnya kecoklatan seperti teh dan matanya pun menjadi kuning.
Sedikit tentang typus  Kenali gejala tipus (thypus abdominal atau typhoid fever) yang tergolong berat dan berbahaya. Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tipus kasus infeksi perut yang banyak di sini. Diawali demam lebih dari seminggu. Mulanya seperti orang mau flu. Bedanya, demam tipus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai gejala batuk pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat. Perut terasa tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari.
Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.
Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong. Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah.
Penyakit tipus mudah disembuhkan. Jika tak mempan obat konvensional golongan chloramphenicol, kini sudah ada beberapa generasi obat baru. Jika kondisi pasien tidak berat, dan penyakitnya masih awal, yaitu sudah didiagnosis sebelum demam lebih dari 3 minggu, umumnya masih bisa dirawat di rumah. Namun mesti diawasi jika mendadak suhuturun, nadi meninggi, dan perut mulas melilit. Makanan tak selalu harus lunak, asal jangan jenis yang merangsang. Waspadai jika buang air ada darahnya, tanda awal usus jebol, dan demamnya muncul lagi, dan kondisi pasien cepat menurun setelah sebelumnya tampak menyembuh. Tipus bisa kambuh. Tandanya, demam yang sama muncul lagi setelah mereda. Kemungkinan kuman tipusnya tersasar ke kandung empedu. Tipus begini biasanya lebih sukar disembuhkan. Sebagian dari kasus tipus menjadi pembawa kuman tipus.
Gejala klinis pada anak-anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Namun bisa juga hanya 4 hari, jika terinfeksinya melalui kuman yang ada di makanan. Selama masa inkubasi akan ditemukan gejala-gejala yang mungkin mirip dengan penyakit lain, seperti tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Gejala klinis yang ditemukan setelah masa inkubasi lewat adalah demam tinggi, biasanya malam lebih tinggi daripada siang, dan ini terjadi terus menerus, bisa sampai tiga mingguan. Selain panas tinggi, juga tercium bau mulut yang tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Juga ditemukan lidah ditutupi selaput putih kotor. Sering ditemukan perut kembung, dan konstipasi alias tidak buang air besar selama beberapa hari. Biasanya juga disertai gangguan kesadaran, bahkan penderita dapat kehilangan kesadaran bila penyakit ini tidak tertangani dengan baik.
Penyakit tifus yang tidak tertangani dengan baik, atau diketahui dalam keadaan sudah parah dapat menimbulkan komplikasi atau akibat yang cukup berbahaya, baik di usus maupun di organ selain usus. Misalnya terjadi perdarahan usus, atau bahkan usus bisa berlubang. Sementara pada organ di luar usus dapat menimbulkan komplikasi pada sistem peredaran darah, gangguan paru, ginjal, hepar, dan jga sistem kesadaran.
  1. PENULARAN
Penularan penyakit adalah melalui air dan makanan. Kuman salmonela dapat bertahan lama dalam makanan. Penggunaan ait minum secara masal yang tercemar bakteri sering menyebabkan terjadinya KLB. Vektor berupa serangga juga berperan dalam penularan penyakit.
Penyakit tifus menular melalui air dan makanan yang tercemar oleh air seni dan tinja penderita penyakit ini. Penyakit tifus dapat juga ditularkan oleh kotoran yang dibawa oleh lalat dan kecoa dan menempel di tempat-tempat yang dihinggapinya. Penularan kuman terjadi melalui mulut, masuk ke dalam lambung, menuju kelenjar limfoid usus kecil, kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularannya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
  1. CARA PENANGGULANGAN DAN KONTROL
Pencegahan penyakit tifus dapat dilakukan dengan membiasakan melindungi makanan dari hewan pembawa penyakit, seperti lalat, kecoa dan tikus; mencuci tangan dengan sabun setelah buang air dan sebelum makan; serta menghindari membeli jajanan di tempat-tempat yang kurang bersih.
Perawatan dan pengobatan
            Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (supaya tidak menularkan pada yang lain), observasi dan pengobatan. Penderita harus tetirah alias baring tiotal minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Selama perawatan, penderita juga diberi obat-obatan untuk mengurangi gejala-gejala yang dialami penderita, seperti panas, sakit kepala, mual dan sebagainya. Selain itu juga mendapat obat yang akan membasmi kuman penyebab penyakit alias antibiotika. Juga diperlukan oleh penderita adalah pengaturan makanan. Untuk sementara, makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, termasuk juga temennya daun singkong, yaitu sambel terasi yang pedes. Jadi harus dijaga benar untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan. Kesembuhan penderita penyakit ini dipengaruhi berbagai hal, di antaranya adalah umur, keadaan umum, tingkat kekebalan penderita, jumlah dan daya infeksi kuman yang masuk tubuh, serta cepat dan tepatnya pengobatan.
Masalah penderita carrier
            Setiap orang yang terinfeksi kuman salmonella, akan mengekskresikan kuman tersebut bersama dengan feses dan air seni selama beberapa waktu tertentu atau sekitar tiga bulan. Jika hal ini terjadi terus menerus setelah lebih tiga bulan maka yang bersangkutan dikatakan sebagai carrier. Orang yang menjadi carrier ini merupakan sumber penularan penyakit tifus kepada orang lain. Kuman tifus bisa tetap ada pada carrier tadi hingga lebih dari 1 tahun. Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Makanya, carrier kuman tifus tidak diperbolehkan untuk bekerja di industri makanan.
Pencegahan
            Usaha pencegahan penyakit tifus ini dibagi dalam dua upaya, yaitu terhadap lingkungan hidup dan manusianya sendiri. Penyediaan sarana air minum yang memenuhi syarat, pembuatan jamban yang hygienis, pemberantasan lalat dan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan adalah beberapa hal yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
            Sedangkan terhadap manusia dilakukan upaya imunisasi untuk memberikan kekebalan tubuh yang kuat. Menemukan dan mengawasi para carrier tifoid dan yang utama adalah pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Bila masyarakat memahami bahaya penyakit ini, maka masyarakat akan berusaha untuk menjaga dirinya dan lingkungannya agar selalau bersih dan sehat. Jika demikian halnya, kuman thyfus tidak akan menyerang. Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.

Referensi
Chin, James, 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular . Terjemahan : Dr. I Nyoman Kandun, MPH, Edisi 17, WHO.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta

E2A009035
REG-1 2009

Minggu, 12 Desember 2010

Wabah atau KLB ( Kejadian Luar Biasa )

WABAH atau KLB ( Kejadian Luara Biasa )

KLB adalah terjadinya peningkatan jumlah kasus penyakit yang menimpa pada kelompok masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan selama periode waktu tertentu. KLB dalam lingkup kecil disebut outbreak sedangkan KLB dalam lingkup luas disebut epidemi (wabah).

Kriteria yang Menyebabkan Suatu Penyakit Dikatakan Wabah/KLB
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

Faktor yang mempengaruhi KLB
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya wabah/KLB adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.
Kemampuan mengadakan herd immunity untuk menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1. Proporsi penduduk yang kebal,
2. Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier,
3. Kebiasaan hidup penduduk.

Tindakan Saat Terjadi Wabah (KLB)
1. Mengidentifikasi Wabah
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu, selama suatu periode waktu tertentu. Suatu informasi dari terjadinya wabah dapat diperoleh dari laporan yang diberikan oleh masyarakat sekitarmaupun tenaga kesehatan yang ada. tetapi tidak semua kejadian disebut sebagai wabah karena diengaruhi beberapa hal seperti musim yang berubah, kesalahan pelaporan dan lainnya. apabila suatu kejadian sudah ditetapkan sebagai wabah maka pihak yang berwewenang (Dinkes) harus melakukan investigasi wabah. Investigasi dapat dilakukan setelah melihat potensi penyebaran dan tingkat keparahan penyakit.
2. Investigasi Wabah
Investigasi yang dilakukan meliputi dua hal, yaitu investigasi kasus da investigasi penyebab. Pada investigasi kasus pihak terkait harus melakukan pengecekan apakah pelaporan diagnosa penyakit yang ada itu valid. Berdasarkan tingkat ketidakpastian diagnosis, kasus dapat diklasifikasikan menjadi:kasus suspek (suspected case, syndromic case); kasus mungkin (probable case, presumptive case); dan kasus pasti (confirmed case, definite case).
Pada investigasi penyebab terjadinya wabah dapat dilakukan dengan wawancara dan epidemiologi deskriptif. Pada wawancara intinya, tujuan wawancara dengan kasus dan narasumber terkait kasus adalah untuk menemukan penyebab terjadinya wabah. hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan formulir baku, peneliti mengunjungi pasien (kasus), dokter, laboratorium, melakukan wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh informasi berikut: (1) Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada); (2) Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan); (3) Kemungkinan sumber, paparan, dan kausa; (4) Faktor-faktor risiko; (5) Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset gejala untuk membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan kematian akibat penyakit); (6) Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik hasil investigasi). Pemeriksaan klinis ulang perlu dilakukan terhadap kasus yang meragukan atau tidak didiagnosis dengan benar (misalnya, karena kesalahan pemeriksaan laboratorium).
3. Penanganan Wabah
Apabila dari investigasi telah didapatkan fakta-fakta pendukung, maka harus segeraa dilakukan pengendalian, karena semakin cepat tindakan yang dilakukan untuk menindaklanjuti suatu wabah maka akan segera terselesaikan, begitupun sebaliknya. Hal yang dapat dilakukan adalah (a)mengeliminasi sumber yaitu dengan mengurangi kontak lansung dengan sumber, mengurangi jumlah sumber,menerapkah perilaku yang sehat; (b) memblokade proses transmisi yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri; (c)mengeliminasi kerentanan pejamu.
4. Pelaporan Wabah
Peneliti wabah memberikan laporan tertulis dengan format yang lazim, terdiri dari:introduksi,latar belakang,metode,hasil-hasil,pembahasan,kesimpulan, dan rekomendasi. Laporan tersebut mencakup pencegahan dan pengendalian, catatan kinerja sistem kesehatan,dokumen berisi rujukan. Setelah pelaporan perlu dilakukan evaluasi untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan program maupun defisiensi infrastruktur dalam sistem kesehatan. Evaluasi tersebut memungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan yang lebih mendasar untuk memperkuat upaya program, sistem kesehatan, termasuk surveilans itu sendiri.

Langkah – langkah yang Dilakukan dalam Pencegahan wabah/KLB
Hal – hal yang dilakukan meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;


WIWIN ANDRIYANI

E2A009035
REG-1
FKM UNDIP

Kamis, 11 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

A. MALARIA

1. Penyelidikan Epidemiologi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium ditularkan melalui nyamuk Anopheles spp kepada manusia.
Malaria merupakan penyakit endemik di Indonesia yang ditularkan oleh nyamuk. Sebagai vektor penularan mempunyai peran yang sangat penting terhadap terjadinya epidemik penyakit ini.
1.1 Vektor Penyebab
Menurut survei unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 spesies nyamuk Anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia, dan 20 spesies yang dapat menularkan penyakit malaria. Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya :
a. An. Aconitus.
Vektor jenis An. Aconitus betina paling sering menghisap darah ternak dibandingkan darah manusia. Nyamuk ini biasanya suka hinggap didaerah-daerah yang lembab.
b. An. Sundaicus.
Vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari pada darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling sering antara pukul 22.00 - 01.00 dini hari. Vektor An. Sundaicus biasanya berkembang biak di air payau.
c. An. Maculatus.
Vektor An. Maculatus betina lebih sering menghisap darah binatang daripada darah manusia. Vektor jenis ini aktif mencari darah pada malam hari antara pukul 21.00 hingga 03.00 Wib. Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan.
d. An. Barbirostris.
Jenis nyamuk ini biasanya mencari darah pada waktu malam hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00 -05.00. Tempat berkembang biak (Perindukan) vektor ini biasanya di sawah –sawah dengan saluran irigasinya kolam dan rawa-rawa.
1.2 Penularan Malaria
Malaria dapat menular melalui berbagai cara, antara lain:
a. Penularan secara alamiah (natural infection), penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles.
b. Penularan yang tidak alamiah.
1) Malaria bawaan (congenital), yaitu terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
2) Secara mekanik, yaitu penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
3) Secara oral (melalui mulut), yaitu cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
1.3 Penyebaran Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah pada ketinggian sekitar 400 meter dibawah permukaan laut dan 2600 meter di atas permukaan laut. Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik. Plasmodium Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin. Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.
1.4 Gejala Malaria
a. Gejala Klinis
Gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut :
- Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
- Nafsu makan menurun.
- Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
- Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
- Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
- Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
- Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
b. Gejala Klasik
1). Stadium Dingin, yang ditandai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2). Stadium Demam, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi –jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.
3). Stadium Berkeringat, pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
1.5 Massa Inkubasi
Waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7 – 14 hari untul P. falciparum, 8 – 14 hari untuk P. vivax, dan P. ovale, dan 7 – 30 hari untuk P. malariae. Massa inkubasi ini dapat memanjang qntara 8 – 10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, massa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat, tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis pengobatan yang tidak akurat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya massa inkubasi.

2. Tindak Lanjut
1) Apabila terjadi peningkatan kejadian. Dilakukan Mass Fever Survey yaitu dengan pengambilan sediaan darah terhadap semua penderita demam, bila positif malaria diikuti dengan pengobatan standar yang sesuai plasmodiumnya.
2) Jika ditemukan kepadatan jentik meningkat dilakukan pengangkatan lumut, pengeringan berkala, biological control, manajemen lingkungan, laevasiding dan kelambunisasi.
3) Jika menunjukkan peningkatan vektor perlu diperhatikan tentang penggunaan kelambu dan repellent.
4) Dari pengamatan perilaku pekerja musiman dilakukan pengecekkan darah sebelum bermigrasi maupun setelah kembali ke daerah yang endemis malaria.

3. Pencegahan
Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah memutuskan mata rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit (agent, host, dan enviroment ) dapat ditempuh dengan :
1. Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang biak, maka harus melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk Anopheles, dan membunuh kuman yang ada dalam tubuh manusia dengan cara pengobatan. Upaya yang dilakukan adalah penemuan dan pengobatan penderita malaria.
2. Untuk melenyapkan nyamuk anopheles, maka harus membunuh nyamuk anopheles dengan penyemprotan nyamuk, dan melenyapkan tempat perindukan nyamuk.
3. Lingkungan tempat perindukan nyamuk harus dilenyapkan dengan cara tidak membiarkan adanya genangan-genagan air di lingkungan manusia.
4. Untuk mencegah nyamuk menggigit manusia, maka diupayakan dengan tidur memakai kelambu, memakai lation anti nyamuk, dll.
Penanggulangan Wabah
Buat pemetaan tentang sebab dan luasnya situasi KLB malaria. Lakukan deteksi kasus secara intensif dan intensitasnya upaya pemberantasan vektor, baik terhadap nyamuk dewasa maupun terhadap stadium larva. Lakukan gerakan untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk. Obati semua penderita malaria, kenakan pakaian pelindung diri untuk menghindari gigitan nyamuk, berikan pengobatan supresif. Pengobatan massal masih dapat dipertimbangkan. Pada KLB malaria falciparum pemberian obat anti gametosit, seperti primaquine dosis tunggal 30-45 mg dapat dipertimbangkan. Hati-hati kemungkinan efek samping pada orang dengan defisiensi G6-PD.

B. CAMPAK

1. Penyelidikan Epidemiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne).
1.1 Penularan
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal.
1.2 Diagnosis
Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan Pemeriksaan serologik atau virologik yang positif yaitu bila terdapat demam tinggi terus menerus 38,50 C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
1.3 Gejala
• Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar.
• Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
• Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan fotofobia.
• Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
• Munculnya Koplik’s spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk campak.
• Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki.
1.4 Masa Inkubasi
Massa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga massa inkubasi dapat memperpanjang massa inkubasi.
2. Tindak Lanjut
Campak harus segera didiagnosa secara dini (early diagnosis) dan segera ditanggulangi (out break respons) agar tidak meluas dan membatasi jumlah kasus dan kematian.
Cara yang bisa dipakai:
1) pengobatan simtomatis pada kasus
2) pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi
3) pemberian vitamin A dosis tinggi
4) perbaikan gizi
5) meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.

3. Pencegahan
Imunisasi campak termasuk dalam program imunisasi nasional sejak tahun 1982, angka cakupan imunisasi menurun < 80% dalam 3 tahun terakhir sehingga masih dijumpai daerah kantong risiko tinggi transmisi virus campak. Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. 3.1 Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. 3.2 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu : 1) Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi. 2) Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun. 3.3 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu : 1) Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah. 2) Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya. 3) Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi. 4) Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel. 3.4 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu : a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak. b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka. Penanggulangan Wabah Laporkan segera kasus-kasus tersangka campak yang ditemukan dan lakukan imunisasi yang komprehensif bagi semua orang yang rentan untuk mencegah penularan campak. Apabila KLB terjadi di suatu institusi, penghuni baru harus diberi imunisasi atau IG. Apabila persediaan vaksin terbatas, prioritas harus diberikan kepada anak-anak dengan risiko yang paling tinggi. Atau dapat dilakukan survei lapangan untuk mengetahui distribusi dan densitas vektor dan binatang pejamu. B. TB PARU

1. Penyelidikan Epidemiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberculosis. Tuberkulosis dapat menyerang berbagai organ tubuh manusia, namun lebih sering menyerang organ pernapasan atau paru.
1.1 Cara Penularan
Sumber dari penularan TB adalah penderita dengan TB BTA+ yaitu penderita yang dahaknya megandung kuman Micobacterium tuberculosis. Penularan TB terjadi melalui udara saat penderita batuk, bersin dan berbicara. Pada saat penderita batuk, bersin dan berbicara, penderita akan menyebarkan kuman Micobacterium tuberculosis ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Penularan terjadi jika orang menghirup kuman Micobacterium tuberculosis yang dihasilkan dari percikan penderita tadi. Umumnya, penularan terjadi didalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman Micobacterium tuberculosis yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derjat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tesebut. Faktor yang memungkinkan sesorang terpajan TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara yang mengandung percikan tersebut.
1.2 Gejala
Penderita TB akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian. Adapun gejala utama penderita TB yaitu batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Selain itu, gejala yang sering dijumpai yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, dan demam meriang lebih dari satu bulan.
1.3 Massa Inkubasi
Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbulnya gejala adalah lesi primer atau reaksi tes tuberkulosis positif kira-kira memakan waktu 2-10 minggu. Risiko terjadi TB paru setelah infeksi primer biasanya terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV meningkatkan risiko terhadap infeksi TB paru dan memperpendek massa inkubasi.
1.4 Diagnosa
Cara mendiagnosis penderita TB adalah
• Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -sewaktu (SPS).
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
• Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
• Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

2. Tindak Lanjut
Tahap pertama, yaitu mensurvey daerah mana yang terkena infeksi Mycobacterium tuberculosis. Kemudian mendata siapa saja yang terkena bakteri tersebut. Dan menyelidiki apakah gejala tersebut benar-benar merupakan gejala penyakit TB paru.
Jika kejadian tersebut menjangkiti banyak orang, berarti kejadian tersebut merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada penyelidikan ini, juga harus dibantu oleh tim ahli medis yang berfungsi untuk memeriksa apakah orang tersebut benar-benar terkena penyakit TB paru. Selain itu, juga mengadakan kuisioner tentang kebiasaan warga yang terkena penyakit TB paru.
Jika termasuk KLB, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Karantina orang yang terkena TB paru
2) Penggunaan masker bagi warga-warga yang belum terkena TB paru
3) Pemberian vaksin BCG bagi balita
4) Penyuluhan tentang bahaya TB paru

3. Pencegahan
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas kesehatan.
1) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
3) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4) BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5) Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
6) Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7) Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
8) Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9) Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test.

D. KEMATIAN IBU

1. Penyelidikan Epidemiologi
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll.
Kematian ibu disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu.
Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.

2. Tindak Lanjut
Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mensurvey daerah tertentu, kemudian mencari data ibu yang meninggal saat melahirkan ataupun setelah melahirkan (saat masa nifas). Selanjutnya, mendata apakah kematian ibu tersebut karena perdarahan, eklamsi, atau karena infeksi.
Jika yang mengalami kematian ibu pada daerah tersebut banyak, maka termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) pada daerah tersebut, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Penyuluhan kepada ibu hamil
2) Pemberian pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu yang melahirkan

3. Pencegahan
• Kehamilan yang tidak diinginkan
Membantu ibu menghindarkan kehamilan yang tak diinginkan akan mengakibatkan berkurangnya kehamilan, berkurangnya kematian karena persalinan, dan berkurangnya aborsi. Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak yang diperkenalkan di Matlab, Bangladesh sejak tahun 1976 sebagai bagian dari kegiatan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi. Peningkatan pelayanan keluarga berencana dengan konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan berbagai pilihan metode KB (termasuk kontrasepsi darurat), serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja yang membutuhkan (termasuk remaja), merupakan komponen penting dalam upaya menurunkan kematian ibu.
• Aborsi yang tidak aman.
Aborsi tidak aman merupakan penyebab kematian ibu yang mudah dicegah dan ditangani, namun keadaan ini menjadi penyebab paling sedikit 13% dari seluruh kematian ibu di dunia, satu dari delapan kematian ibu. Pelatihan bidan dalam pelayanan pasca aborsi merupakan strategi peningkatan kasus terhadap pelayanan keluarga berencana pasca aborsi serta pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
• Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan dan dalam mendidik wanita tentang kehamilan. Pelayanan antenatal dan mencakup berbagai jenis pelayanan termasuk penyuluhan kepada pasien, pengobatan penyakit yang ada, pengobatan komplikasi dan skrining / penjaringan faktor resiko. Komponen penting pelayanan antenatal meliputi : skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual (PMS); deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak hipertensi,edema dan pre eklampsia; dan penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.
• Manajemen komplikasi obstetri yang memadai
Managemen Komplikasi obstetri yang memadai merupakan kunci keberhasilan pencegahan kematian ibu. Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah atau diramalkan, tetapi hampir semua dapat ditangani jika tersedia pelayanan yang memadai. Bila keadaan gawat darurat sudah dideteksi, maka kelangsungan hidup tergantung pada kecepatan mendapat pelayanan obstetri esensial. Kebanyakan pelayanan obstetri esensial dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar, oleh bidan atau dokter umum. Transfusi darah dan tindakan operasi harus dapat diberikan di rumah sakit kabupaten oleh dokter umum terlatih atau oleh ahli kebidanan. Jika komplikasi tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar, bidan / dokter Puskesmas harus memberikan pertolongan pertama dan merujuk secepatnya. Penggunaan protokol pengobatan standar dapat mendorong agar semua tenaga dan fasilitas kesehatan melakukan prosedur tetap dan menangani komplikasi secara tepat, serta pemantauan mutu pelayanan obstetri. Transportasi gawat darurat harus selalu tersedia. Pelayanan obstetri esensial dapat menurunkan kematian ibu. Dalam hal ini termasuk perawat dan bidan terlatih untuk menolong persalinan, menangani dan merujuk kasus dengan komplikasi dan pengaturan untuk rujukan keadaan darurat. Dengan memperluas berbagai pelayanan kesehatan ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur yang efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.
• Pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil
• Menghindari penggunaan obat-obatan pada triwulan 1
• Menghindari terpaparnya sinar radioaktif

E. LAHIR MATI/ KEMATIAN BALITA

1. Penyelidikan Epidemiologi
Lahir mati merupakan kematian janin di antara minggu ke 20 kehamilan (bulan ke 5) sampai kelahiran. Peristiwa ini disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain :
• Kecacatan kelahiran, yang biasanya berpuncak daripada struktur atau kecacatan kromosom.
• Tali pusat terjatuh (prolaps), yaitu apabila tali pusat keluar dari faraj terlebih dahulu sebelum bayi. Ini menghalang pengaliran darah dan oksigen.
• Masalah uri (plasenta), yang meliputi :
a. Pemisahan uri dari dinding rahim (uterus). Bayi tidak mungkin dapat hidup sekiranya uri telah terpisah dari tempat implantasinya.
b. Implantasi uri di bahagain pangkal rahim/bahagian bawah rahim atau serviks. Keadaan ini dipanggil plasenta previa. Sekiranya keadaan ini tidak dikesan di peringkat awal, ia boleh menggagalkan peluang bayi untuk hidup dan pendarahan yang serius mungkin berlaku.
• Keadaan kesihatan ibu mengandung sebelum dan juga semasa kehamilan seperti ibu mengidap diabetes (kencing manis) dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini merupakan penyebab penting kejadian lahir mati dan masalah ini perlu dipantau sepanjang tempoh kehamilan.
• Masalah pada tali pusat, yang meliputi :
a. tali pusat terpintal menyebabkan terganggunya pengaliran oksigen dan juga nutrien kepada bayi.
b. tali pusat itu terbelit pada leher bayi, yang menjadikan bayi tercekik dan lemas apabila ia mula bergerak ke bahagian bawah
• Tiada punca yang dapat dikenalpasti (merupakan separuh dari kes lahir mati) tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh jangkitan.
1.1 Faktor Risiko
Berikut merupakan faktor yang telah dikenal pasti dapat meningkatkan risiko lahir mati:
 Merokok
 Pengambilan alkohol yang berlebihan
 Penyalahgunaan dadah seperti heroin dan kokain
 Obesiti/kegemukan
 Pernah mengalami kejadian lahir mati
 Wanita yang mengalami beberapa masalah kesihatan seperti diabetes, (terutamanya yang tidak terkawal) atau tekanan darah tinggi yang kronik (tekanan darah tinggi dan praeklampsia)
 Wanita yang telah berusia (pertengahan 30an dan lebih) - adalah lebih mudah untuk mengalami masalah kesehatan yang lain dan juga masalah pada urin
 Mengandung ketika remaja - lebih cenderong untuk mendapat masalah uri dan juga tekanan darah tinggi
 Jangkitan bakteria dan virus di kalangan ibu
1.2 Tanda dan Gejala
Biasanya tidak ada gejala atau simptom yang khusus atau pun sebarang amaran terhadap kejadian lahir mati. Walau bagaimanapun, sekiranya tanda-tanda atau gejala-gejala berikut berlaku, segeralah berjumpa doktor ataupun bidan yang terlatih:
 Pendarahan dari faraj - mungkin menjadi petanda kepada satu masalah yang lebih serius.
 Kurang atau tiada pergerakan janin
 Perubahan pada aktiviti atau pergerakan biasa bayi.
 Sakit pinggang (bahagian pelvis), belakang dan juga bahagian bawah abdomen - terasa menyucuk-nyucuk
 Tidak lagi terasa seperti sedang hamil dan anda dapat merasakan beberapa perubahan fizikal seperti payu dara menjadi semakin kecil.
2. Tindak Lanjut
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi adalah mensurvey daerah yang diduga mengalami kematian balita terbanyak, kemudian menyelidiki apakah kematian balita tersebut karena cacat dari lahir, tali pusat terjatuh (prolaps), ataupun karena keadaan ibu saat melahirkan. Jika daerah tersebut terdeteksi banyak yang mengalami kematian balita, maka kejadian tersebut termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB), maka perlu dilakukan:
1) Penyuluhan kehamilan bagi ibu hamil
Penyuluhan ini berisi:
- Pelarangan ibu hamil untuk mengkonsumsi alcohol, narkoba, ataupun merokok
- Konsumsi gizi seimbang
- Pemberian pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan ibu melahirkan

3. Pencegahan
Dalam pencegahan lahir mati dapat dilakukan beberapa hal sebgai berikut :
 Penilaian ke atas janin dijalankan pada ibu-ibu yang berisiko tinggi terhadap masalah lahir mati, seperti ibu-ibu yang mempunyai masalah kesehatan (yang ada diabetes dan tekanan darah tinggi) terutama pada minggu terakhir kehamilan. Sekiranya semasa penilaian janin tersebut terdapatnya penemuan yang luar biasa, maka usaha untuk melahirkan bayi itu lebih awal mungkin dapat mengelakkan kejadian lahir mati.
 Jika terjadi abrubsi plasenta (placenta abrubtion), pembedahan kecemasan Caesarean mungkin dapat menyelamatkan nyawa.
 Cara pergerakan janin digunakan oleh para doktor untuk menjejak pergerakan janin dilakukan beberapa kali dalam sehari, terutamanya selepas minggu ke 26 kehamilan. Sekiranya bayi itu kurang menendang atau bergerak dari biasa, penilaian lanjutan ke atas janin perlu dijalankan.
 Jaga kesehatan diri anda dengan baik sebelum mengandung. Setelah mengandung, dapatkan penjagaan ibu mengandung seawal mungkin untuk memastikan keadaan bayi anda sehat. Doktor akan menjalankan ujian saringan bagi mengesan sebarang jangkitan. Di samping itu, beliau akan mengkaji rekod kesehatan dan memastikan sebarang keadaan yang serius atau kronik telah dirawat dengan sewajarnya.
 Atau dapat melakukan senam, makan yang bergizi dan jauhi alkohol, rokok, dll.
 Pelayanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil
 Pemberian Bahan Makanan Tambahan bagi ibu hamil


( Wiwin Andriyani
E2A009035
Reg-1

Mahasiswa FKM UNDIP )

Rabu, 10 November 2010

Believe Me

Aku tak tahu apa yang kurasakan
Dalam hatiku saat pertama kali
Lihat dirimu melihatmu
Seluruh tubuhku terpaku dan membisu
Detak jantungku berdetak tak menentu
Sepertinya aku tak ingin berlalu

Berikan cintamu juga sayangmu
Percaya padaku ku ‘kan menjagamu
Hingga akhir waktu menjemputku

Ku berikan cintaku juga sayangku
Percaya padaku ku ‘kan menjagamu
Hingga akhir waktu menjemputku

Saat ku tahu kau akan pergi jauh
Izinkan aku ‘tuk selalu menatimu
Untuk katakan ku ingin dirimu
Agar kau tahu betapa ku terlalu
Mencintaimu aku akan menunggu
Hingga dirimu kembali untukku

Tolonglah aku bagaimana diriku
Ungkapkan itu rasa yang membelenggu
Dalam hatiku ku cinta padamu