Kamis, 11 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

A. MALARIA

1. Penyelidikan Epidemiologi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium ditularkan melalui nyamuk Anopheles spp kepada manusia.
Malaria merupakan penyakit endemik di Indonesia yang ditularkan oleh nyamuk. Sebagai vektor penularan mempunyai peran yang sangat penting terhadap terjadinya epidemik penyakit ini.
1.1 Vektor Penyebab
Menurut survei unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 spesies nyamuk Anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia, dan 20 spesies yang dapat menularkan penyakit malaria. Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya :
a. An. Aconitus.
Vektor jenis An. Aconitus betina paling sering menghisap darah ternak dibandingkan darah manusia. Nyamuk ini biasanya suka hinggap didaerah-daerah yang lembab.
b. An. Sundaicus.
Vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari pada darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling sering antara pukul 22.00 - 01.00 dini hari. Vektor An. Sundaicus biasanya berkembang biak di air payau.
c. An. Maculatus.
Vektor An. Maculatus betina lebih sering menghisap darah binatang daripada darah manusia. Vektor jenis ini aktif mencari darah pada malam hari antara pukul 21.00 hingga 03.00 Wib. Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan.
d. An. Barbirostris.
Jenis nyamuk ini biasanya mencari darah pada waktu malam hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00 -05.00. Tempat berkembang biak (Perindukan) vektor ini biasanya di sawah –sawah dengan saluran irigasinya kolam dan rawa-rawa.
1.2 Penularan Malaria
Malaria dapat menular melalui berbagai cara, antara lain:
a. Penularan secara alamiah (natural infection), penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles.
b. Penularan yang tidak alamiah.
1) Malaria bawaan (congenital), yaitu terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
2) Secara mekanik, yaitu penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
3) Secara oral (melalui mulut), yaitu cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
1.3 Penyebaran Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah pada ketinggian sekitar 400 meter dibawah permukaan laut dan 2600 meter di atas permukaan laut. Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik. Plasmodium Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin. Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.
1.4 Gejala Malaria
a. Gejala Klinis
Gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut :
- Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
- Nafsu makan menurun.
- Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
- Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
- Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
- Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
- Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
b. Gejala Klasik
1). Stadium Dingin, yang ditandai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2). Stadium Demam, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi –jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.
3). Stadium Berkeringat, pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
1.5 Massa Inkubasi
Waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7 – 14 hari untul P. falciparum, 8 – 14 hari untuk P. vivax, dan P. ovale, dan 7 – 30 hari untuk P. malariae. Massa inkubasi ini dapat memanjang qntara 8 – 10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, massa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat, tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis pengobatan yang tidak akurat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya massa inkubasi.

2. Tindak Lanjut
1) Apabila terjadi peningkatan kejadian. Dilakukan Mass Fever Survey yaitu dengan pengambilan sediaan darah terhadap semua penderita demam, bila positif malaria diikuti dengan pengobatan standar yang sesuai plasmodiumnya.
2) Jika ditemukan kepadatan jentik meningkat dilakukan pengangkatan lumut, pengeringan berkala, biological control, manajemen lingkungan, laevasiding dan kelambunisasi.
3) Jika menunjukkan peningkatan vektor perlu diperhatikan tentang penggunaan kelambu dan repellent.
4) Dari pengamatan perilaku pekerja musiman dilakukan pengecekkan darah sebelum bermigrasi maupun setelah kembali ke daerah yang endemis malaria.

3. Pencegahan
Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah memutuskan mata rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit (agent, host, dan enviroment ) dapat ditempuh dengan :
1. Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang biak, maka harus melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk Anopheles, dan membunuh kuman yang ada dalam tubuh manusia dengan cara pengobatan. Upaya yang dilakukan adalah penemuan dan pengobatan penderita malaria.
2. Untuk melenyapkan nyamuk anopheles, maka harus membunuh nyamuk anopheles dengan penyemprotan nyamuk, dan melenyapkan tempat perindukan nyamuk.
3. Lingkungan tempat perindukan nyamuk harus dilenyapkan dengan cara tidak membiarkan adanya genangan-genagan air di lingkungan manusia.
4. Untuk mencegah nyamuk menggigit manusia, maka diupayakan dengan tidur memakai kelambu, memakai lation anti nyamuk, dll.
Penanggulangan Wabah
Buat pemetaan tentang sebab dan luasnya situasi KLB malaria. Lakukan deteksi kasus secara intensif dan intensitasnya upaya pemberantasan vektor, baik terhadap nyamuk dewasa maupun terhadap stadium larva. Lakukan gerakan untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk. Obati semua penderita malaria, kenakan pakaian pelindung diri untuk menghindari gigitan nyamuk, berikan pengobatan supresif. Pengobatan massal masih dapat dipertimbangkan. Pada KLB malaria falciparum pemberian obat anti gametosit, seperti primaquine dosis tunggal 30-45 mg dapat dipertimbangkan. Hati-hati kemungkinan efek samping pada orang dengan defisiensi G6-PD.

B. CAMPAK

1. Penyelidikan Epidemiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne).
1.1 Penularan
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal.
1.2 Diagnosis
Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan Pemeriksaan serologik atau virologik yang positif yaitu bila terdapat demam tinggi terus menerus 38,50 C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
1.3 Gejala
• Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar.
• Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
• Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan fotofobia.
• Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
• Munculnya Koplik’s spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk campak.
• Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki.
1.4 Masa Inkubasi
Massa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga massa inkubasi dapat memperpanjang massa inkubasi.
2. Tindak Lanjut
Campak harus segera didiagnosa secara dini (early diagnosis) dan segera ditanggulangi (out break respons) agar tidak meluas dan membatasi jumlah kasus dan kematian.
Cara yang bisa dipakai:
1) pengobatan simtomatis pada kasus
2) pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi
3) pemberian vitamin A dosis tinggi
4) perbaikan gizi
5) meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.

3. Pencegahan
Imunisasi campak termasuk dalam program imunisasi nasional sejak tahun 1982, angka cakupan imunisasi menurun < 80% dalam 3 tahun terakhir sehingga masih dijumpai daerah kantong risiko tinggi transmisi virus campak. Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. 3.1 Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. 3.2 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu : 1) Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi. 2) Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun. 3.3 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu : 1) Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah. 2) Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya. 3) Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi. 4) Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel. 3.4 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu : a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak. b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka. Penanggulangan Wabah Laporkan segera kasus-kasus tersangka campak yang ditemukan dan lakukan imunisasi yang komprehensif bagi semua orang yang rentan untuk mencegah penularan campak. Apabila KLB terjadi di suatu institusi, penghuni baru harus diberi imunisasi atau IG. Apabila persediaan vaksin terbatas, prioritas harus diberikan kepada anak-anak dengan risiko yang paling tinggi. Atau dapat dilakukan survei lapangan untuk mengetahui distribusi dan densitas vektor dan binatang pejamu. B. TB PARU

1. Penyelidikan Epidemiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberculosis. Tuberkulosis dapat menyerang berbagai organ tubuh manusia, namun lebih sering menyerang organ pernapasan atau paru.
1.1 Cara Penularan
Sumber dari penularan TB adalah penderita dengan TB BTA+ yaitu penderita yang dahaknya megandung kuman Micobacterium tuberculosis. Penularan TB terjadi melalui udara saat penderita batuk, bersin dan berbicara. Pada saat penderita batuk, bersin dan berbicara, penderita akan menyebarkan kuman Micobacterium tuberculosis ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Penularan terjadi jika orang menghirup kuman Micobacterium tuberculosis yang dihasilkan dari percikan penderita tadi. Umumnya, penularan terjadi didalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman Micobacterium tuberculosis yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derjat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tesebut. Faktor yang memungkinkan sesorang terpajan TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara yang mengandung percikan tersebut.
1.2 Gejala
Penderita TB akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian. Adapun gejala utama penderita TB yaitu batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Selain itu, gejala yang sering dijumpai yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, dan demam meriang lebih dari satu bulan.
1.3 Massa Inkubasi
Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbulnya gejala adalah lesi primer atau reaksi tes tuberkulosis positif kira-kira memakan waktu 2-10 minggu. Risiko terjadi TB paru setelah infeksi primer biasanya terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV meningkatkan risiko terhadap infeksi TB paru dan memperpendek massa inkubasi.
1.4 Diagnosa
Cara mendiagnosis penderita TB adalah
• Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -sewaktu (SPS).
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
• Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
• Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

2. Tindak Lanjut
Tahap pertama, yaitu mensurvey daerah mana yang terkena infeksi Mycobacterium tuberculosis. Kemudian mendata siapa saja yang terkena bakteri tersebut. Dan menyelidiki apakah gejala tersebut benar-benar merupakan gejala penyakit TB paru.
Jika kejadian tersebut menjangkiti banyak orang, berarti kejadian tersebut merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada penyelidikan ini, juga harus dibantu oleh tim ahli medis yang berfungsi untuk memeriksa apakah orang tersebut benar-benar terkena penyakit TB paru. Selain itu, juga mengadakan kuisioner tentang kebiasaan warga yang terkena penyakit TB paru.
Jika termasuk KLB, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Karantina orang yang terkena TB paru
2) Penggunaan masker bagi warga-warga yang belum terkena TB paru
3) Pemberian vaksin BCG bagi balita
4) Penyuluhan tentang bahaya TB paru

3. Pencegahan
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas kesehatan.
1) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
3) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4) BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5) Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
6) Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7) Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
8) Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9) Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test.

D. KEMATIAN IBU

1. Penyelidikan Epidemiologi
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll.
Kematian ibu disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu.
Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.

2. Tindak Lanjut
Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mensurvey daerah tertentu, kemudian mencari data ibu yang meninggal saat melahirkan ataupun setelah melahirkan (saat masa nifas). Selanjutnya, mendata apakah kematian ibu tersebut karena perdarahan, eklamsi, atau karena infeksi.
Jika yang mengalami kematian ibu pada daerah tersebut banyak, maka termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) pada daerah tersebut, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Penyuluhan kepada ibu hamil
2) Pemberian pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu yang melahirkan

3. Pencegahan
• Kehamilan yang tidak diinginkan
Membantu ibu menghindarkan kehamilan yang tak diinginkan akan mengakibatkan berkurangnya kehamilan, berkurangnya kematian karena persalinan, dan berkurangnya aborsi. Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak yang diperkenalkan di Matlab, Bangladesh sejak tahun 1976 sebagai bagian dari kegiatan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi. Peningkatan pelayanan keluarga berencana dengan konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan berbagai pilihan metode KB (termasuk kontrasepsi darurat), serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja yang membutuhkan (termasuk remaja), merupakan komponen penting dalam upaya menurunkan kematian ibu.
• Aborsi yang tidak aman.
Aborsi tidak aman merupakan penyebab kematian ibu yang mudah dicegah dan ditangani, namun keadaan ini menjadi penyebab paling sedikit 13% dari seluruh kematian ibu di dunia, satu dari delapan kematian ibu. Pelatihan bidan dalam pelayanan pasca aborsi merupakan strategi peningkatan kasus terhadap pelayanan keluarga berencana pasca aborsi serta pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
• Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan dan dalam mendidik wanita tentang kehamilan. Pelayanan antenatal dan mencakup berbagai jenis pelayanan termasuk penyuluhan kepada pasien, pengobatan penyakit yang ada, pengobatan komplikasi dan skrining / penjaringan faktor resiko. Komponen penting pelayanan antenatal meliputi : skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual (PMS); deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak hipertensi,edema dan pre eklampsia; dan penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.
• Manajemen komplikasi obstetri yang memadai
Managemen Komplikasi obstetri yang memadai merupakan kunci keberhasilan pencegahan kematian ibu. Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah atau diramalkan, tetapi hampir semua dapat ditangani jika tersedia pelayanan yang memadai. Bila keadaan gawat darurat sudah dideteksi, maka kelangsungan hidup tergantung pada kecepatan mendapat pelayanan obstetri esensial. Kebanyakan pelayanan obstetri esensial dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar, oleh bidan atau dokter umum. Transfusi darah dan tindakan operasi harus dapat diberikan di rumah sakit kabupaten oleh dokter umum terlatih atau oleh ahli kebidanan. Jika komplikasi tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar, bidan / dokter Puskesmas harus memberikan pertolongan pertama dan merujuk secepatnya. Penggunaan protokol pengobatan standar dapat mendorong agar semua tenaga dan fasilitas kesehatan melakukan prosedur tetap dan menangani komplikasi secara tepat, serta pemantauan mutu pelayanan obstetri. Transportasi gawat darurat harus selalu tersedia. Pelayanan obstetri esensial dapat menurunkan kematian ibu. Dalam hal ini termasuk perawat dan bidan terlatih untuk menolong persalinan, menangani dan merujuk kasus dengan komplikasi dan pengaturan untuk rujukan keadaan darurat. Dengan memperluas berbagai pelayanan kesehatan ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur yang efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.
• Pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil
• Menghindari penggunaan obat-obatan pada triwulan 1
• Menghindari terpaparnya sinar radioaktif

E. LAHIR MATI/ KEMATIAN BALITA

1. Penyelidikan Epidemiologi
Lahir mati merupakan kematian janin di antara minggu ke 20 kehamilan (bulan ke 5) sampai kelahiran. Peristiwa ini disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain :
• Kecacatan kelahiran, yang biasanya berpuncak daripada struktur atau kecacatan kromosom.
• Tali pusat terjatuh (prolaps), yaitu apabila tali pusat keluar dari faraj terlebih dahulu sebelum bayi. Ini menghalang pengaliran darah dan oksigen.
• Masalah uri (plasenta), yang meliputi :
a. Pemisahan uri dari dinding rahim (uterus). Bayi tidak mungkin dapat hidup sekiranya uri telah terpisah dari tempat implantasinya.
b. Implantasi uri di bahagain pangkal rahim/bahagian bawah rahim atau serviks. Keadaan ini dipanggil plasenta previa. Sekiranya keadaan ini tidak dikesan di peringkat awal, ia boleh menggagalkan peluang bayi untuk hidup dan pendarahan yang serius mungkin berlaku.
• Keadaan kesihatan ibu mengandung sebelum dan juga semasa kehamilan seperti ibu mengidap diabetes (kencing manis) dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini merupakan penyebab penting kejadian lahir mati dan masalah ini perlu dipantau sepanjang tempoh kehamilan.
• Masalah pada tali pusat, yang meliputi :
a. tali pusat terpintal menyebabkan terganggunya pengaliran oksigen dan juga nutrien kepada bayi.
b. tali pusat itu terbelit pada leher bayi, yang menjadikan bayi tercekik dan lemas apabila ia mula bergerak ke bahagian bawah
• Tiada punca yang dapat dikenalpasti (merupakan separuh dari kes lahir mati) tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh jangkitan.
1.1 Faktor Risiko
Berikut merupakan faktor yang telah dikenal pasti dapat meningkatkan risiko lahir mati:
 Merokok
 Pengambilan alkohol yang berlebihan
 Penyalahgunaan dadah seperti heroin dan kokain
 Obesiti/kegemukan
 Pernah mengalami kejadian lahir mati
 Wanita yang mengalami beberapa masalah kesihatan seperti diabetes, (terutamanya yang tidak terkawal) atau tekanan darah tinggi yang kronik (tekanan darah tinggi dan praeklampsia)
 Wanita yang telah berusia (pertengahan 30an dan lebih) - adalah lebih mudah untuk mengalami masalah kesehatan yang lain dan juga masalah pada urin
 Mengandung ketika remaja - lebih cenderong untuk mendapat masalah uri dan juga tekanan darah tinggi
 Jangkitan bakteria dan virus di kalangan ibu
1.2 Tanda dan Gejala
Biasanya tidak ada gejala atau simptom yang khusus atau pun sebarang amaran terhadap kejadian lahir mati. Walau bagaimanapun, sekiranya tanda-tanda atau gejala-gejala berikut berlaku, segeralah berjumpa doktor ataupun bidan yang terlatih:
 Pendarahan dari faraj - mungkin menjadi petanda kepada satu masalah yang lebih serius.
 Kurang atau tiada pergerakan janin
 Perubahan pada aktiviti atau pergerakan biasa bayi.
 Sakit pinggang (bahagian pelvis), belakang dan juga bahagian bawah abdomen - terasa menyucuk-nyucuk
 Tidak lagi terasa seperti sedang hamil dan anda dapat merasakan beberapa perubahan fizikal seperti payu dara menjadi semakin kecil.
2. Tindak Lanjut
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi adalah mensurvey daerah yang diduga mengalami kematian balita terbanyak, kemudian menyelidiki apakah kematian balita tersebut karena cacat dari lahir, tali pusat terjatuh (prolaps), ataupun karena keadaan ibu saat melahirkan. Jika daerah tersebut terdeteksi banyak yang mengalami kematian balita, maka kejadian tersebut termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB), maka perlu dilakukan:
1) Penyuluhan kehamilan bagi ibu hamil
Penyuluhan ini berisi:
- Pelarangan ibu hamil untuk mengkonsumsi alcohol, narkoba, ataupun merokok
- Konsumsi gizi seimbang
- Pemberian pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan ibu melahirkan

3. Pencegahan
Dalam pencegahan lahir mati dapat dilakukan beberapa hal sebgai berikut :
 Penilaian ke atas janin dijalankan pada ibu-ibu yang berisiko tinggi terhadap masalah lahir mati, seperti ibu-ibu yang mempunyai masalah kesehatan (yang ada diabetes dan tekanan darah tinggi) terutama pada minggu terakhir kehamilan. Sekiranya semasa penilaian janin tersebut terdapatnya penemuan yang luar biasa, maka usaha untuk melahirkan bayi itu lebih awal mungkin dapat mengelakkan kejadian lahir mati.
 Jika terjadi abrubsi plasenta (placenta abrubtion), pembedahan kecemasan Caesarean mungkin dapat menyelamatkan nyawa.
 Cara pergerakan janin digunakan oleh para doktor untuk menjejak pergerakan janin dilakukan beberapa kali dalam sehari, terutamanya selepas minggu ke 26 kehamilan. Sekiranya bayi itu kurang menendang atau bergerak dari biasa, penilaian lanjutan ke atas janin perlu dijalankan.
 Jaga kesehatan diri anda dengan baik sebelum mengandung. Setelah mengandung, dapatkan penjagaan ibu mengandung seawal mungkin untuk memastikan keadaan bayi anda sehat. Doktor akan menjalankan ujian saringan bagi mengesan sebarang jangkitan. Di samping itu, beliau akan mengkaji rekod kesehatan dan memastikan sebarang keadaan yang serius atau kronik telah dirawat dengan sewajarnya.
 Atau dapat melakukan senam, makan yang bergizi dan jauhi alkohol, rokok, dll.
 Pelayanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil
 Pemberian Bahan Makanan Tambahan bagi ibu hamil


( Wiwin Andriyani
E2A009035
Reg-1

Mahasiswa FKM UNDIP )